Selasa, 28 Mei 2013

Bukan apa-apa

"Kenapa kamu nggak jadian sama dia, Ul?"
Pertanyaan itu terus menerus membayang, setiap orang yang mengetahuinya pasti akan menanyakan hal yang sama. Mengetahui apa? Bagiku bukan apa-apa, tapi bagi mereka ini apa-apa. Aku selalu berusaha untuk tersenyum setiap mendengar pertanyaan itu. Memang aku akui, sifatnya, tingkah lakunya bisa menghipnotisku untuk selalu merasa nyaman setiap di dekatnya. Namun nyaman disini bukan berarti aku memiliki rasa cinta padanya. Begitupun dia padaku. Awal perkenalan kami di SMP, kelas yang menyatukan kami. Aku masih sangat ingat apa yang membuat kami menjadi dekat sampai sekarang.
"Kamu anak tunggal, Ul?"
"Yap. Kamu?"
"Tiga bersaudara cowok semua. Pengen banget punya adek cewek"
"Haha, aku juga selalu mengharapkan kakak cowok dari dulu"
Hanya dengan percakapan itu, kami mulai menghabiskan waktu bersama. Dari mulai sekedar bercerita pengalaman, saling memberi saran, bahkan untuk hanya sekedar tertawa. Dia dengan kedewasaan yang selalu berusaha untuk melindungiku, dia dengan sifat egoisnya yang tidak pernah mau mengerti orang lain namun mau memahamiku. 


Kakak-adek, sebuah hubungan yang bisa dinilai cukup dekat. Bahkan banyak yang bilang hubungan tersebut bisa berlanjut hingga menjadi sepasang kekasih. Tapi bagiku tidak, tidak ketika aku menjalani hubungan tersebut bersamanya. Memang aku sangat menyayanginya lebih dari sekedar teman ataupun sahabat. Namun cintaku tak pernah terasa untuknya. Aku tak ingin kehilangan setiap kenangan yang pernah aku lewati bersamanya jika aku menjadi kekasih yang lalu berubah menjadi mantan kekasih. Aku tak ingin kehilangan setiap detik saat dia dan aku bersama berbagi cerita. Dan aku tak ingin kehilangan perlindungan dan kasih sayangnya padaku jika aku bersatu dengannya yang lalu berubah menjadi perpisahan. Dia telah menjadi bagian kisah hidupku yang selalu dan selamanya akan tertulis rapi dalam skenario takdirku.

sekali lagi, kami bukan apa-apa

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com